Friday, April 14, 2017

Menjadi orang yang berguna bagi orang lain lebih mulia dibandingkan menjadi orang yang hanya berguna buat dirinya sendiri

Menjadi orang yang berguna bagi orang lain lebih mulia dibandingkan menjadi orang yang hanya berguna buat dirinya sendiri (To be useful for others is more noble than be a person who is only useful for self)
Banyak aktivitas yang dijumpai di kota Kupang sebagai ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Hampir sebagian besar adalah aktifitas pembangunan yang kemudian menjadi potret kehidupan orang NTT mengikuti laju pembangunan ini. Potret tentang kerasnya hidup di Kupang seperti yang saya lihat dari beberapa ilustrasi dibawah menunjukan bahwa warga NTT adalah pekerja keras dan tidak memiliki rasa malu untuk tetap bekerja melakukan segala jenis pekerjaan. Kalau dibandingkan dengan kota-kota metropolitan di Indonesia di mana banyak dijumpai pengemis atau peminta-minta sehingga menjadi faktor penyebab persoalan di kota-kota besar. Menjadi pengemis dan menjadi peminta-minta sebenarnya tidak ada dalam budaya orang NTT. Yang kemudian dapat disimpulkan bahwa orang NTT memiliki budaya malu dan lebih mementingkan harga diri ketimbang merendahkan harga dirinya hanya untuk mendapatkan sedekah seribu atau dua ribu dari orang-orang. Seiring dengan kemajuan kota Kupang, lantas mulai banyak para pengusaha memperkerjakan orang-orang asli dari NTT untuk bekerja di Kota bahkan keluar NTT karena mereka memiliki keberanian dan keuletan dalam bekerja dan yang terutama adalah dengan biaya yang murah, pada posisi pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, pelayan toko, tukang parkir, buruh, dan pekerja pada sebuah proyek pemerintah, orang-orang NTT tetap bekerja dengan semangat dan memiliki loyalitas yang sangat tinggi.

Many of the activities that were found in the city of Kupang as the capital of East Nusa Tenggara (NTT). Most are development activities which later became a portrait of the social life in following the advance development. Portrait of the harshness of life in Kupang as I see from some of the illustrations below showing that the citizens of NTT are hard workers and do not shame to keep working on every job available. When compared with metropolitan cities in Indonesia where many beggars found who are causing problems in large cities. Become beggars and begging does not actually exist in the culture of the NTT people. Which can then be concluded that the NTT has a culture of shame and more concerned with self-esteem rather than debased their self just to get alms thousand or two thousand from other people. Along with the progress of the city of Kupang, then began many entrepreneurs are employing the indigenous people of NTT to work in the city and even out of NTT because they have the courage and tenacity in working and primarily with low cost, in the position of unskilled laborers such as maid of household, shop assistants, parking attendants, laborers, and workers in a government project, the NTT continue to work with passion and loyal.



kehidupan warga TTS2

Sekilas pada ilustrasi diatas adalah mereka orang-orang NTT yang bekerja keras tanpa rasa malu akibat dari tekanan ekonomi dan alam yang berat. Ketidakseimbangan pendidikan dan pengalaman kerja yang kebanyakan orang-orang yang berasal dari wilayah barat Indonesia mendapatkannya lebih dahulu memaksa orang-orang NTT harus belajar dari usaha-usaha yang mereka jalankan di NTT. Orang NTT bukanlah pemalas, cuma tidak ada kesempatan dan pelatihan yang cukup ditambah dengan kondisi kesulitan ekonomi dalam kehidupan di kota Kupang yang berat yang terus menghantui kehidupan mereka. Walau mayoritas penduduk NTT adalah beragama Kristen, namun tidak ada keributan berlatar belakang sara. Masalah mampu diatasi dengan adanya budaya saling menjaga dan kumpul keluarga. Oleh sebab itu jangan membuat masalah dengan orang NTT sebab anda akan berhubungan dengan keluarga besar orang NTT nantinya. Dalam satu keluarga terdapat beragam jenis agama dan mereka lebih mementingkan kekeluargaan dibandingkan sebuah warna.

 A quick glance at the illustration above are those indigenous people of NTT who worked hard without doubt as a result of economic pressures and severe nature. The imbalance of educational and work experience that most people who come from western of Indonesia got it more, forcing indigenous people of NTT should learn a lot from businesses that western people run in NTT. Indigenous people of NTT are not lazy, just they have less chance and lack of sufficient training coupled with economic difficulties in the city that continues to haunt their lives. Although the majority of NTT is Christian, but there is no commotion with sara background. All problems are able to overcome by keeping the mutual cultural and family gathering. Therefore, do not create problems with the NTT because you will face an issue with a large family member later. In one family, there are various types of religion, and they are more concerned with family than a color or background.

kehidupan warga TTS1

Sebuah Propinsi Kepulauan dengan banyak pulau dan luasnya lautannya beserta potensi kekayaan alamnya yang besar seharusnya warga dapat hidup dengan makmur. Pemandangan ini sungguh menyayat hati apabila orang-orang NTT sendiri yang telah sukses namun tidak memperlakukan orang-orangnya dengan baik seperti misalnya memperkerjakan dengan imbalan yang sangat murah, atau berbelanja di pasar tradisional dengan menawar harga yang sangat rendah dibandingkan pada saat berbelanja di Supermarket. Namun hal ini menjadi tantangan bagi para pemimpin dan pendidik di NTT untuk berjuang dalam mengentaskan kemiskinan di NTT dengan cara mempercepat peningkatan pendidikan, akses-akses ekonomi, kesehatan, sosial, dan budaya bagi masyarakat NTT. Atau menjadi tanggung jawab kita semua sebagai warga negara Indonesia atau Dunia untuk menjadikan sebuah potret yang baik di NTT untuk Indonesia dan Dunia.

An archipelago region with many islands and vast oceans and great potential of its natural wealth should be able to provide the citizen a prosperous life. This is a truly heartbreaking scene when successful people of NTT who do not treat their people well, such as employing with very low fee, or shop at traditional markets by pushing to offer a very low price compared to when shopping at the supermarket that buying with fixed price. But this is becoming a challenge for leaders and educators in the province to fight and alleviate poverty in the province by accelerating the improvement of education, accesses of the economy, health, social, and cultural rights of the people in the province. Or the responsibility is on all of us as citizens of Indonesia or the world to make a good portrait in NTT for Indonesia and the World.


Artikel Oleh :Ketut Rudi
Photo oleh Elghyzel Glenn Ndjukambani
Salam Sahabat Kristo


 Kirimkan Saran anda  Untuk NTT melalui Email Kristo Blasin......marselinasintasayang@yahoo.com.........

No comments:

Post a Comment

Pesan Dan Saran Sangat saya Harapkan, Jangan Ragu berikan respon anda !, Saya mengucapkan terima kasih banyak