Yuk Belajar Politik !
PDIP dan partai -partai lainnya sebelum menetapkan kandidat mereka maka akan melakukan survei untuk mencari kandidat calon
gubernur dan wakil gubernur di NTT yang memiliki tingkat keterpilihan
besar atau dengan kata lain tokoh yang dikenal dan elektabilitasnya tinggi untuk menjadi gubernur. Survei dilakukan di semua kabupaten di Nuisa Tenggara Timur. Nah sekarang survei sedang berlangsung dan disinilah kesempatan kita semua untuk menentukan dan membuka mata kita lebar-lebar terhadap semua kandidat yang telah mendaftarkan diri pada sebuah partai.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan (DPD PDIP), Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya menjelaskan bahwa DPD PDI Perjuangan Provinsi NTT akan tetap menggunakan
mekanisme survei dalam menetapkan pasangan calon (Paslon) pemilu kepala
daerah (Pilkada) 2018, baik pilgub maupun pilbup 10 kabupaten yang
digelar serentak. Selain itu, PDIP juga harus berkoalisi dengan partai
lain, baik pilgub maupun 10 kabupaten yang menggelar pilkada serentak,
karena perolehan kursi di DPRD tidak memenuhi syarat untuk mengusung
calon sendiri. Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu DPD PDIP
NTT, Yunus Takandewa menjelaskan Surat Keputusan (SK) DPP PDIP tentang
penjaringan dan penyaringan bakal calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah, survei merupakan sebuah kewajiban yang mesti dilaksanakan.
Survei dilakukan setelah semua bakal calon, kader maupun non kader
mendaftarkan diri di sekretariat partai pada masa pendaftaran (http://sinarharapan.net).
ELEKTABILITAS DAN POPULARITAS.
Istilah-istilah ini yang sering dipergunakan dalam pemilihan umum dan tentunya banyak dari kita semua yang masih sulit mengartikannya. Kalau kita semua tidak tahu makna ini maka untuk apa ada survey? namun sebuah pertanyaan yang perlu kita kemukakan adalah apa yang menjadi tujuan dari survey ini? Survey bukan menilai kandidat sekedar untuk popularitasnya yang sering tampil, atau survey ini untuk
meningkatkan elektabilitas. Bahkan dalam masyarakat, sering diartikan, bahwa orang yang memiliki popularitas dianggap mempunyai elektabilitas yang tinggi. Belum tentu.
Namun sebaliknya, seorang yang
mempunyai elektabilitas tinggi adalah orang yang populer. Jadi penentu suatu pilihan, apakah popularitas atau
elektabilitas? Samakah pengertian popularitas dan elektabilitas itu? Apakah sebenarnya elektabilitas itu? Apa bedanya dengan
popularitas?
Orang yang memiliki elektabilitas
tinggi adalah orang yang dikenal baik dan memiliki performa terhadap sebuah karya secara luas dalam masyarakat. Namun ada kalanya seseorang
yang baik dan bersih, yang memiliki kinerja tinggi dalam bidang yang ada hubungannya dengan
jabatan untuk publik, akan tetapi karena tidak ada yang memperkenalkannya
di masyarakat menjadi tidak elektabel. Sebaliknya, orang yang berprestasi tinggi dalam bidang
yang tidak ada hubungannya dengan jabatan publik, boleh jadi mempunyai elektabilitas
tinggi karena ada yang mempopulerkannya secara tepat.
BEDA PENGERTIAN ELEKTABILITAS DAN POPULARITAS
Elektabilitas
adalah tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan.
Elektabilitas bisa diterapkan kepada barang, jasa maupun orang, badan atau partai.
Elektabilitas sering dibicarakan menjelang pemilihan umum. Elektabilitas partai
politik berarti tingkat keterpilihan partai politik di publik. Elektabilitas
partai tinggi berarti partai tersebut memiliki daya pilih yang tinggi. Untuk
meningkatkan elektabilitas maka objek elektabilitas harus memenuhi kriteria
keterpilihan dan juga populer.
Sedangkan popularitas adalah tingkat keterkenalan di mata public. Meskipun
populer belum tentu layak dipilih. Sebaliknya meskipun punya elektabilitas
sehingga layak dipilih tapi karena tidak diketahui public, maka rakyat tidak
memilih. Untuk meningkatkan elektabilitas maka sangat tergantung pada teknik perkenalan yang dipergunakan. Dalam masyarakat yang belum berkembang, kecocokan
profesi tidak menjadi persoalan. Yang perlu diingat, tidak semua perkenalan
berhasil meningkatkan elektabilitas. Ada perkenalan yang menyentuh, ada perkenalan
yang tidak menyentuh kepentingan rakyat. Sementara itu ada perkenalan yang
berkedok sebagai survei, dengan tujuan untuk mempengaruhi orang yang sulit
membuat keputusan dan sekaligus mematahkan semangat.
Lantas bagaimana sahabatku setelah membaca perihal popularitas dan elektabilitas ini? Apakah penentu suatu pilihan dalam pemilu, pilkada atau pilpres itu sekedar berdasarkan popularitas, elektabiliatas, atau keduanya?
Mari kita ambil contoh
pemilihan sebuah produk. Jika ada beberap pilihan produk yang sama, maka apa dasar
kita untuk memilih produk yang terbaik? Di antara beberapa produk, kemudian
hanya satu dua produk yang memiliki tingkat keterpilihan (elektabilitas)
tinggi. Bila melihat popularitas, semua produk sepeda motor yang ada di
Indonesia itu popular. Kata elektabilitas sering dikaitkan dengan sosok yang akan
dipilih atau nama partai peserta pemilu. Tidak pernah ada elektabilitas itu
dikaitkan dengan produk sepeda motor, padahal pada prakteknya elektabilitas
produk sepeda motor itu yang menentukan dipilih atau tidaknya oleh pembeli.
Bagaimana bila dikaitkan
dengan Pemilu, Pilkada atau Pilpres di Indoensia, apakah penentu pilihannya itu
popularitas atau elektabilitas? Menjelang pemilihan umum (pemilu) yang makin
dekat, partai-partai politik dan tokoh-tokoh yang berminat untuk maju dalam
pemilu itu, sudah mulai bersiap-siap. Alasannya, istilah-istilah yang
dipergunakan banyak yang masih sulit dicerna rakyat biasa. Kalau rakyat tidak
tahu apa yang dikatakan dan apa itu politik, maka survey ini menjadi momentum yang sangat penting
Pertanyaan yang perlu
kita kemukakan, bagaimana anda berkontribusi dalam survey ini? Istilah popularitas dan elektabilitas dalam masyarakat memang sering disamaartikan.
Padahal keduanya mempunyai makna dan konotasi yang berbeda, meskipun keduanya
mempunyai kedekatan dan korelasi yang besar.
Dalam masyarakat, sering
diartikan, orang yang populer dianggap mempunyai elektabilitas yang tinggi.
Sebaliknya, seorang yang mempunyai elektabilitas tinggi adalah orang yang
populer. Popularitas dan elektabilitas tidak selalu berjalan seiring. Orang
yang memiliki elektabilitas tinggi adalah orang yang dikenal baik secara meluas
dalam masyarakat. Ada orang baik, yang memiliki kinerja tinggi dalam bidang
yang ada hubungannya dengan jabatan publik yang ingin dicapai, tapi karena
tidak ada yang memperkenalkan menjadi tidak elektabel. Sebaliknya, orang yang
berprestasi tinggi dalam bidang yang tidak ada hubungannya dengan jabatan
publik, boleh jadi mempunyai elektabilitas tinggi karena ada yang
mempopulerkannya secara tepat.
Demikian beda pengertian
elektabilitas dan popularitas semoga menambah wawasan kita bersama.
(dari http://obrolanpolitik.blogspot.co.id)
Salam hangat dari "Kristo Blasin" dan para sahabat. Atas dukungan yang baik kami haturkan limpah terima kasih dan semoga apa yang kita cita-citakan untuk NTT dapat kita wujudkan.
Kirimkan Saran anda Untuk NTT melalui Email Kristo Blasin......marselinasintasayang@yahoo.com.........
Kirimkan Saran anda Untuk NTT melalui Email Kristo Blasin......marselinasintasayang@yahoo.com.........
No comments:
Post a Comment
Pesan Dan Saran Sangat saya Harapkan, Jangan Ragu berikan respon anda !, Saya mengucapkan terima kasih banyak